Rabu, 27 Agustus 2008

AKU

Aku tak ingin tergolek lemah menahan sakit amarah darah

Aku tak ingin melihatnya terbujur dalam redupan kelam

Aku tak rela bila semangat itu pudar

Karena ku hanya butuh kilatan putih yang membuat tegar

Kilatan yang mungkin mampu menyibak diriku kelam

Tak tega bila melihat rintihan yang seakan memakan

Tak ingin kulihat bila harus terjaga diantara dua pilihan

Tak ingin namanya ternguak pada hati yang kian menyayang

Tak ingin semangatnya tertanam pada raga yang kian mengguncang

Tak ingin wajahnya berada pada tebaran bintang

Aku hanya ingin ia harus ada pada diri kecil yang kian mulai menyayang

DATA PSIKOLOGI

Pengertian psikologi

  • Ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan.
  • Ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dengan hewan.
  • Ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam kaitannya dengan dorongan intrinsic maupun ekstrinsik.

Ruang lingkup Psikologi terdiri dari :

a. Psikologi Perkembangan

b. Psikologi Sosial

c. Psikologi Pendidikan

d. Psikologi Industri dan Organisasi

e. Psikologi Eksperimen

f. Psikologi Klinis

2.2. Pengertian Sosiologi

Ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia didalam hidup bermasyarakat

2.3. Pengertian Antropologi

Ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia dari segi fisik, sejarah perkembangan dan hasil-hasil kebudayaanya.

2.4. Pengertian Perilaku

Merupakan pernyataan fisik sebagai interaksi antara diri dengan lingkungan maupun dengan dirinya sendiri.

Jenis-jenis Prilaku :

1. Overt

Yang dapat diamati dan ditafsirkan secara langsung melalui gerak-gerik.

2. Covert

Yang tidak dapat diamati secara langsung namun dapat ditafsirkan melalui metode tertentu seperti : observasi, interview atau tes psikologi.

Unsur jiwa :

1. Afeksi

Aktifitas jiwa yang berhubungan denga unsur perasaan atau rasa.

Contoh : bahagia / bangga

2. Konasi

Aktifitas jiwa yang berhubungan dengan unsur kemauan atau karsa.

Contoh : cita-cita, minat

3. Kognisi

Aktifitas jiwa yang berhubungan dengan unsur pikiran atau cipta.

Contoh : membuat hasil karya

NAFAS TERAKHIRKU

Dalam kesunyian malam, tengadahku kepada Yang Maha Kuasa “Tuhan, jika aku kecil dihadapan-Mu, entah kenapa aku merasa paling kecil dihadapan semua mahluk ciptaan-Mu? Salahkah aku jika berprasangka seperti ini? Tuhan, begitu sakit yang rasakan hingga detik ini. Mungkin inilah keagungan Engkau, kasih sayang Engkau kepadaku tapi aku mohon beri aku sedikit waktu untuk membuat mereka tersenyum lagi”, rintihku. Derai tangispun membasahi pipi lebamku hingga merenggut sesak direlung hati dan bergumam dalam diri, “Tuhan pintaku satu pada-Mu izinkan aku agar selalu berada dijalan-Mu, terangi langkah rapuh ini, teguhkan hati kecil ini agar selalu ingat pada-Mu..dan izinkan aku untuk membuat tersenyum akan orang-orang tersayang..dan kuatkan selalu tubuh mungil ini”. Tak terasa mentari pagi tlah menaruh senyuman hangat dalam kamarku, “Sayang…bangun dong, udah siang niy,,”, sahut bunda membangunkanku sembari membuka jendela kamarku. “Ya ampun, emang udah jam berapa?”, tanyaku. Jawab bunda sembari mengelus-elus kepalaku,”Jam 5, emang kamu nggak sholat? Semalem sholat sampe jam berapa?”. “Nggak tau..”, jawabku sambil memakai mukenah. Dan akupun melaksanakan sholat subuh.
***
Ketika sang mentari kembali keperaduannya, tiba-tiba Vanny memanggilku dan aku pun berbincang-bincang dengannya di beranda rumah. “Gimana kondisi loe sekarang? Udah baikkan belom?”, tanya Vanny padaku. “Nggak koq, gw nggak apa-apa..kenapa siy? Gw’kan nggak sakit, kenapa loe nanya kaya gitu?”, jawabku lirih. “Oia, da apa loe kesini?”, tanyaku. Jawab vanny sembari menggendong kucing kesayangan ibuku, “Iya, gw kesini mau ngebaca puisi-puisi yang pernah loe bikin. Boleh’kan?”. Tak lama setelah 15 menit vanny pun pulang sambil membawa tumpukan puisi-puisi yang pernah kubuat. Lama tak melihat bayangan vanny pergi dari rumahku, aku pun berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan cairan darah yang membuat nanar sakit dikepalaku. “Sayang..kenapa?? koq lari sambil megang mulut gitu?”, tanya bunda khawatir. 10 menit lamanya aku di dalam kamar mandi sembari menahan sakit yang berbinar-binar di kepala. Tok..tok..tok…”Bunda masuk yah??”, tanya bunda cemas. Bunda tak tahu apa yang terjadi di dalam, aku yang sudah tergolek tak berdaya di kamar mandi, akhirnya diangkat oleh ayah ke kamar dan dibaringkannya tubuh ringkihku. “Yah..bawa kerumah sakit aja yuk..”, pinta bunda kepada ayah cemas. “Iya..iya..sekarang ayah lagi telpon temen ayah dulu, habis itu kita jalan.”, jawab ayah cemas sambil menelpon temennya.
***
Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, aku hanya menahan sambil memegang erat kepala yang kian terasa merenggut nyawaku. “Astaghfirullah…ya allah…sakit…sakit…,sakit yah, bunda”, teriakku sambil merintih. “Sabar yah sayang..sekarang kita lagi dijalan mau kerumah sakit”, sahut bunda. Ayah yang biasanya selalu memijat-mijat kepalaku jika aku merintih kesakitan, kini tak tahu apa yang harus ia lakukan melihat aku yang tergolek merintih dan menahan darah yang kian terus menerus keluar dari hidung dan mulut. “Sayang..kuat yah,bunda sama ayah selalu doa’in kamu..”, sahut bunda sabar. 15 menit lamanya aku menahan rasa sakit yang kian mengiris nyawaku perlahan, UGD pun menjadi saksi akan sakit yang aku rasakan. “Maaf bu, pak, sebaiknya anggota keluarga menunggu diluar agar pasien terjaga dengan baik”, pinta perawat kepada ayah dan bunda.
Mereka tak tahu apa yang aku rasakan didalam, beribu selang di pasang diseluruh tubuhku, beribu jarum disuntikkan pada bagian tubuh kecil ini, hingga darah terus menerus mengalir keluar. Tapi suntikan bius yang membuat tubuh ini melanglang buana belum sempat disuntikkan pada tubuhku, karena dokter merasakan bahasa bibirku untuk mengatakan sesuatu padanya. Tubuh ini pun terasa kian hampa, aku tak tahu apa yang sedang aku rasakan sekarang, mungkin Tuhan berkehendak lain kepadaku. “Dok aku mohon, tolong beri aku cahaya meskipun orang-orang disini udah berusaha semaksimal mungkin..aku nggak kuat, rasanya sakit banget..”, pintaku kepada salah satu dokter sembari merintih. “Iya..saya tahu, kamu udah nggak kuat tapi sejujurnya semangat kamu untuk terus bertahan membuat cahaya yang ada diri kamu tak pernah redup,,”, jawab dokter lirih.
Satu jam lamanya operasi telah berjalan, tapi tak satu orang pun yang keluar dari balik pintu Ruang Bedah memberitahukan bagaimana kondisiku saat itu. Semakin cemas dan khawatir yang dirasakan oleh ayah dan bunda, tiba-tiba “Maaf pak,bu, sejauh ini anak bapak dan ibu masih dalam kondisi kritis..dan mengalami koma”, tutur dokter. “Ayah…gimana?? Ya allah, apa yang Engkau berikan kepada anak kami..”, teriak bunda. “Sabar..sekarang kita terus berdoa aja buat dia”, pinta ayah.
Beberapa bulan di rumah sakit aku mengalami koma dengan tubuh terbujur kaku selayak orang mati, tapi disisi lain aku mampu melihat apa yang orang tuaku lakukan. Doa-doa yang selalu mereka panjatkan untukku selalu menghiasi hari-hari mereka. “Yah..bunda seneng banget klo dia lagi bikin puisi”, tutur bunda sembari senyum menangis. “Banyak banget lho yah puisi-puisinya..”, lanjut bunda. Kata ayah sambil tersenyum kangen melihat folder foto bersamanya yang tersimpan di handphone, “Ayah kangen banget sama senyum kecilnya.. ayah berharap ia kuat ngejalanin semua ini,”. “Yah, kenapa penyakit itu harus merenggut dalam tubuhnya ya??”, Tanya bunda. “Ayah nggak tahu bu, yang jelas penyempitan selaput otaknya udah kian memburuk dan bulan lalu pun dokter udah memvonis tak akan lama ia bertahan”, jawab ayah sambil menghela napas panjang.
Masa koma yang aku alami pun belum berakhir, kecemasan ayah dan bunda kian melonjak saat perawat berbicara, “Maaf bu, pak, sebaiknya keluarga harus masuk kedalam..”, pinta salah satu perawat dengan wajah cemas. “Aduh..ada apa sus?? Kenapa dengan anak saya?”, Tanya bunda khawatir. Ayah dan bunda pun memasuki Ruang ICU dengan ditemani salah satu perawat. Saat memasuki ruangan kecemasan tampak pada raut wajah mereka hingga berubah ketakutan ketika mereka melihat aku dengan mulut serta hidung penuh darah. “Ya allah..yah, kenapa keluar darah gitu…”, tutur bunda menangis. “Bu..apa yang bisa buat dia semangat?”, Tanya ayah cemas. “Iya..iya, bunda tahu. Dia selalu ngerasa nggak sakit klo lagi bikin puisi”, jawab bunda sembari mencari Vanny di namelist handphonenya.
“Assalammu alaikum, vanny yah? Ini tante sayang, bisa tolong ke rumah sakit sekarang nggak sekaliann bawa tumpukan puisi-puisi yah..”, pinta bunda. “Iya tante, vanny segera kesana sekarang”, jawab vanny.
Seperjalanan vanny menuju rumah sakit, nyawa sahabat yang selalu dikagumi tak bisa tertolong lagi. Aku yang kini hanya dalam kenangan, telah terbaring dilumuri darah mengakhiri hidup ini dengan senyuman yang masih menyelimuti wajah mungilku. Baitan puisi-puisiku pun telah menjadi saksi akan arus yang kian merenggut nyawaku. Berbagai karangan bunga pun menghiasi tempat persinggahan terakhir dan kediamanku, itu semua menandakan bahwa aku tak pernah sendiri dan takkan mungkin untuk bisa sendiri.

PENGERTIAN PERSALINAN

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2001 ).
Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam ( Rustam Mochtar, 1998 ).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin ( Prawirohardjo, 2001 ).
2.3.1. Etiologi
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang komplek antara lain ditemukan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh prostaglandin, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.

2.3.1.1. Teori penurunan hormonal
1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
2.3.1.2. Teori plasenta menjadi lebih tua
Yang akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron sehingga menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
2.3.1.3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot sehingga mengganggu sirkulasi utero placenta.
2.3.1.4. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (Frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
2.3.1.5. Induksi partus ( Induction of labour )
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan : rangsang laminaria, amniotomi, dan oksitosin drips.
(Rustam Mochtar, 1998).
2.3.3. Tanda dan gejala persalinan
2.3.3.1. Tanda permulaan persalinan
Pada permulaan persalinan / kata pendahuluan ( Preparatory stage of labor ) yang terjadi beberapa minggu sebelum terjadi persalinan, dapat terjadi tanda-tanda sebagai berikut :
- Lightening atau setting / deopping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
- Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
- Perasaan sering kencing ( polikisuria ) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
- Perasaan sakit diperut dan dipinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya fleksus frankenhauser yang terletak pada sekitar serviks (tanda persalinan false-false labour pains).
- Serviks menjadi lembek, mulai mendatar karena terdapat kontraksi otot rahim.
- Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan dan bisa bercampur darah (Bloody show).


2.3.3.2. Tanda-tanda inpartu sebagai berikut :
- Kekuatan dan rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat, sering dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
- Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
- Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
- Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks : perlunakannnya, pendataran, dan terjadinya pembukaan serviks ( Manuaba, 1998).
2.3.4. Faktor-faktor yang penting dalam persalinan antara lain :
2.3.4.1. Power ( kekuatan mendorong janin keluar ) terdiri dari :
1) His ( kontraksi uterus )
Merupakan kontraksi dan relaksasi otot uterus yang bergerak dari fundus ke korpus sampai dengan ke serviks secara tidak sadar.
2) Kontraksi otot dinding rahim.
3) Kontraksi diafragma pelvis / kekuatan mengejan.
2.3.4.2. Passanger meliputi :
- Janin
- Plasenta

2.3.4.3. Passage ( jalan lahir ) terdiri dari :
- Jalan lahir keras yaitu tulang pinggul (os coxae, os sacrum / promontorium, dan os coccygis)
- Jalan lahir lunak : yang berperan dalarn persalinan adalah segmen bahwa rahim, seviks uteri dan vagina, juga otot-otot, jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat urogenital.

KETIKA IA ADA

Ketika mata mulai terpejamkan oleh hempasan lembayung sunyi
Manakala cahaya purnama menyibak derita pekat ragaku
Ketika perih yang telah menusuk kalbu sukma putih
Manakala deritaku ini terpanggil akan diri runtuh mereka
Ketika buaian geram itu terngiang dalam raga kecil ini
Adakah mereka hanya terbuai pada wajah syahduku
Ketika derai air mata membasahi pipi yang kian menepi
Adakah mereka menyisakan pedih itu padaku
Ketika raga terperosok ke dalam hempasan pekatnya pasir
Adakah mereka ternguak dalam melodi kisah klasik indahku
Bila saja ingin kuputar waktu
Inginku hanya berjalan dalam redup kilatan yang penuh pengharapan
Bila dapat kutarik kata-kata ini
Harapku pada penantian akan sosok ini yang gemilang
Entah itu hanya harapan, kini kukayuh kembali penantian yang tlah lama kupendam
Dan bila waktu merajut alunan mimpi kisahku
Dan bila waktu membuka lembaran detik mimpi harapku
Dan bila waktu melihat alunan rasa optimisku
Kini aku tak lagi menata sendiri,
Walau hanya ternguak dalam rajutan alunan kisah klasikku
Walau hanya tercipta dalam mimpi harapku
Sang penyairlah yang mencipta serta merajut alunan, harapan maupun mimpi-mimpi kisah klasik indahku..
Aku tak ingin tergolek lemah menahan sakit amarah darah
Aku tak ingin melihatnya terbujur dalam redupan kelam
Aku tak rela bila semangat itu pudar
Karena ku hanya butuh kilatan putih yang membuat tegar
Kilatan yang mungkin mampu menyibak diriku kelam
Tak tega bila melihat rintihan yang seakan memakan
Tak ingin kulihat bila harus terjaga diantara dua pilihan
Tak ingin namanya ternguak pada hati yang kian menyayang
Tak ingin semangatnya tertanam pada raga yang kian mengguncang
Tak ingin wajahnya berada pada tebaran bintang
Aku hanya ingin ia harus ada pada diri kecil yang kian mulai menyayang

PERKEMBANGAN PERSALINAN DI INDONESIA

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25 – 50% kematian usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan. (Saifuddin, 2002)
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI ) menyebutkan Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2003 adalah 307 / 100. 000 kelahiran hidup sedangkan menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) menyebutka Angka Kematian Ibu ( AKI ) di Indonesia pada tahun 2005 adalah 263 / 100.000 kelahiran hidup. Dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) dan Angka Kematian Balita ( AKBA ) pada kurun yang sama juga mengalami penurunan. Angka Kematian Bayi ( AKB ) dari 51 / 1000 kelahiran hidup menjadi 35 / 1000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita ( AKBA ) dari 82,6 / 1000 kelahiran hidup menjadi 46 / 1000 kelahiran hidup.
Hasil survey menyebutkan komplikasi penyebab kematian ibu terbanyak adalah karena perdarahan, hipertensi selama kehamilan, infeksi, partus lama, dan keguguran. Sedangkan Angka Kematian Bayi ( AKB ) yang baru lahir disebabkan oleh asfiksia, infeksi, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Melihat Angka Kematian Ibu ( AKI ) yang masih tinggi, maka Departemen Kesehatan membuat kebijakan yaitu pada tahun 2010 menargetkan Angka Kematian Ibu ( AKI ) menjadi 125 / 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi menjadi 15 / 1000 kelahiran hidup. Kebijakan ini akan mencapai hasil yang maksimal dengan adanya pelayanan kesehatan yang berkualitas, tenaga penolong yang professional serta didukung oleh perlengkapan yang memadai.
Pada prinsipnya kematian ibu dan bayi dapat dicegah dan faktor – faktor pencegahnya telah diketahui. Pencegahan primer atau yang utama adalah pada ibu yaitu melalui pemeriksaan kehamilan secara teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu 1 kali pada trimester pertama, I kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Hal ini dimaksudkan agar ibu dapat melalui kehamilannya dengan sehat dan selamat. Pengawasan selama hamil memberikan manfaat dengan mendeteksi secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah – langkah dalam pertolongan persalinan, sehingga pada persalinan dapat berlangsung dengan aman dan dapat melahirkan dengan selamat serta terhindar dari bahaya infeksi bagi ibu dan bayinya.
Dalam kaitannya dengan hal ini, bidan sebagai ujung tombak pelayanan asuhan kebidanan harus dapat berperan lebih besar yaitu tidak hanya pengawasan pada ibu selama kehamilan, namun juga sebagai pendamping atau penolong persalinan, pengawasan dan perawatan ibu selama masa nifas serta perawatan bayi baru lahir.
Adapun angka pelayanan asuhan kebidanan pada ibu bersalin di RB Hidayat sebagai lahan praktek yang dijadikan tempat penelitian penulis, satu tahun terakhir ( tahun 2007 ) yaitu sebesar 750 kelahiran hidup. Dan tidak ada Angka Kematian Ibu ( AKI ). Hal tersebut dapat terjadi karena pelayanan yang diberikan sesuai dengan SOP.
Dalam mendukung upaya Making Pregnancy Safer yang bertujuan untuk menekan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, penulis melakukan asuhan kebidanan secara kompehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dan pada bayi baru lahir. Asuhan kebidanan komprehensif ini dilakukan dengan cara memantau keadaan ibu pada masa hamil, bersalin, nifas dan pada pada bayi baru lahir guna mendeteksi secara dini adanya kelaianan-kelainan yang mungkin terjadi, untuk dapat segera ditangani sehingga morbiditas dan mortalitas dapat dicegah. Asuhan kebidanan ini dilakukan di RB Hidayat Bekasi.

rRINTIHAN PENYAIR

Dari sudut pintu dhany melihat sang penyair berdiri sambil menghisap sebatang rokok. “Assalammu a’laikum…” sapa dhany kepada sang penyair. “Assalammu a’laikum…” dhany pun mengulangi sapaannya hingga beberapa kali. Tak lama sang panyair pun manjawab dengan senyuman hangat, “ Waa’laikum salam “.
Meskipun senyuman hangat itu terlontar dari bibir tipis yang sembari tadi menghisap rokok kesukaannya, sorot mata tajam itu selalu membuat dhany gundah tak terkira. Sekat-sekat yang tlah mengusik hati seorang penyair kian menggerogoti relung hatinya, entah apa yang terjadi. Dhany pun kini hanya bisa terdiam menatap kekosongan yang ada diantara celah matanya. Mata yang membuat orang bertanya-tanya akan dirinya, dingin hatinya pun tak mampu mencairkan derai-derai luka yang menyelimuti kehidupan kelamnya dulu. Dhany pun tak sabar ingin mendengar keluhan yang selalu ia ceritakan, “Ada apa siy? koq ngelamun aja..” tanya dhany dengan rasa penasarannya. “Hhmm…“ jawab sang penyair singkat sambil menggelengkan kepalanya. Melihat reaksinya yang seperti itu dhany pun hanya bisa bersabar menunggu cairnya hati sang penyair akan derai lukanya. Tak lama hisapan rokok terakhirnya pun membuat ia tak sabar ingin menceritakan derai-derai itu kepada dhany, tangan dhany pun langsung ditariknya dengan erat hingga berteriak kesakitan, “Aduhh..jangan kasar-kasar, sakit banget tau!!”. “Maaf, ga ada maksud buat kasar koq.”, jawab sang penyair lembut. Celotehan anak-anak pun tiba-tiba mengusik sang penyair, hingga menarik tangan dhany untuk pergi keatas loteng tempat biasa kami bercengkrama. “Ada apa??” , tanya dhany penasaran. Sang penyair pun akhirnya bercerita, “Selama ini dhany belum pernah tahu apa yang mas alami, dan entah kenapa mas sendiri merasa nyaman untuk selalu bersama dhany”. “Mas ngerasa klo sorot mata dhany membuat mas tenang dan ga bisa ngelakuin hal-hal yang temperamental” sambung sang penyair sambil menerawang jauh. “Mas punya penyakit Leukimia, dan selama ini mas udah ngejalanin kemoterapi selama 16 kali” ucap sang penyair lirih seolah ragu untuk mengtakannya. Dhany hanya menatap dan bertanya hingga berulang kali, “Mas benerkan ngomongnya??” Ga ngebohongin dhanykan?”. Tanya dhany berulang-ulang, “Trus kenapa mas bisa ngerasain klo mas bisa nyaman bersama dhany, padahal dhany baru kenal mas dan yang dhany tahu mas lebih deket sama indah. Kenapa harus dhany??” tanya dhany penuh dengan rasa penasaran. “Mas pun juga nggak tahu, kenapa harus dhany”, tegas sang penyair. Tak lama kami pun turun, “Mas dhany pulang dulu yah..Assalammu a’laikum,,”, pamit dhany. “Walaikum salam,hati-hati yah..”, jawab sang penyair.
***
Ketika sang dewi malam merebak tenangnya jiwa-jiwa yang tertidur, satu dari mereka terbangun. Trit..trit..trit.. ”Aduh,,malem-malem gini siapa siy??”, kata dhany dengan kesal sembari membuka handphonenya. ‘1 Message received dari sang penyair’. “Mas nggak bisa tidur, mas takut klo mas tidur besok nggak bisa bangun lagi”, jelas sang penyair khawatir.Dhany pun membalas sms tadi dengan memberi sedikit petuah.
Sore hari menjelang maghrib, sang penyair menjelaskan apa yang terjadi semalam. “Mas baru aja ditanya sama Pak Amin, katanya semalem mas jalan sendirian di rel kereta api, trus Pak Amin manggil-manggil mas tapi mas nggak denger. Padahal dhany tau kan klo mas ngirim sms nggak bisa tidur”. “Iya, trus semalem kenapa mas sms dhany kaya gitu?”, tanya dhany. Sang penyair menjawab, “Mas semalem nggak bisa tidur soalnya mas mimpi klo mas tidur ditengah-tengah dan mas ngelihat keluarga mas sendiri lagi ngebacain surat yassin buat mas, mas takut makanya mas sms dhany” lanjutnya sang penyair dengan menunjukan raut wajah ketakutan. “Ya ampun koq bisa kaya gitu??”, tanya dhany heran. “Mas juga nggak tahu, pokoknya klo mas mau ngejalanin kemoterapi banyak banget hal aneh yang menimpa diri mas”, jelas sang penyair sekali lagi. Sejenak kami pun terdiam, dan sang penyair membisikkan ketelingaku “Besok mas mau pergi, minta doa dari dhany yaah??”. Mata dhany pun langsung terbelalak menatap hangat sinar matanya, dan bertanya ada apa dengan semua ini. Apakah bisikan itu hanyalah sebuah permainan belaka? Atau hanya membuat hati ini kian tercabik oleh derai yang nyata? Dhany pun meyakininya dengan berkata “Dhany adalah lilin kecil yang selalu menerangi langkah sang penyair, jangan pernah ragukan jiwa kecil ini tapi tegarkan ketegaran yang ada pada diri mungil ini”. Senyum tipisnya pun muncul dari bibir yang sering menghisap berbatang-batang rokok.
Kepergiannya pun sembari mengikuti kepulangan dhany ke rumah, dhany yang mengikuti dari belakang menatap gagahnya punggung, yang orang tak mengira bahwa ia menderita penyakit yang mematikan, Leukimia. Entah kenapa satu-satu air mata jatuh membasahi pipi yang ditutupi helm, Dhany meyakinkan dalam hati bahwa ia akan pulang dengan sehat, tapi selintas ada keraguan dalam pikiran dhany.” Tuhan, tolonglah hambamu itu dalam kepergian dan kepulangannya” rintih dani lirih.
Di salah satu tikungan jalan pun kami berhenti, air mata itu pun kian menetes membasahi pipi dhany. “Mas pergi dulu yah, tunggu mas..”, tegas sang penyair. “Mas janji yah akan selalu ada disamping dhany dan buat bunda tersenyum lagi sama dhany ya mas..”, sahut dhany sambil memeluk erat tubuh renta sang penyair. “Oia.. pake sarung tangan dhany aja niy, nggak di pake koq”, pinta dhany. Tampak sang penyair menerima dan memakainya, dhany tak beranjak sampai punggung sang penyair tak tampak lagi.”Tuhan, berilah kekuatan padanya” ucap lirih Dhany.
***
Selama beberapa hari sang penyair menjalani terapi di Surabaya, sang penyair selalu menulis bait-bait puisi pengharapan. Hati kecil dhany pun tergoyah untuk menjawab biat demi bait itu,

Jika Tuhan menghendaki sang penyair hidup,
maka hidupkanlah
Karena lilin kecil yakin takkan ada yang tak mungkin
Tuhan..terangkan mata, hati, jiwa serta raga sang penyair
Lilin kecil yakin bahwa sang penyair akan tetap hidup
Karena lilin kecil tlah berjanji ’kan selalu menerangi jalan sang penyair
Sudah seharian ini Dhany tidak mendapatkan kabar dari sang penyair,Dhany tak tahu entah apa yang terjadi di Surabaya, tapi salah satu dari keluarganya memberitahu dhany melalui sms “Mbak, ini iqbal adiknya mas.saya mu ngabarin kondisi mas, mas sekarang lagi dalam kondisi kritis”. Sekejapan dhany terdiam,dhany pun meneruskan membaca sms tadi.” Iqbal udah baca semua puisi mbak dhany, semua disini mengharapkan doa dari mbak”, pinta iqbal kepada dhany. Dhany pun membalas, “Ia, iqbal juga terus kasih kabar ke dhany yah..jangan lupa”. Beberapa jam kemudian, Iqbal pun menghubungiku dan meminta penjelasan akan lilin kecil karena saat sang penyair siuman ia bergumam dan menyebut nama lilin kecil. “Assalammu a’alakum, mba dhany yah?” tanya iqbal kepadaku. Iqbal adalah salah satu adiknya yang selalu ada disamping kerap ia menjalani terapi. “Waa’laikum salam, iya saya dhany” jawabku penasaran. “Mba, mas udah siuman tapi selama ini mas selalu nyebut nama lilin kecil. Siapa lilin kecil itu mba?”, tanya iqbal. Dhany pun menceritakannya, “Lilin kecil itu dhany sendiri, mas pernah bilang klo selama mas dekat dhany mas selalu merasa nyaman dan selalu tenang melihat cahaya dalam mata dhany sendiri”. Pinta iqbal kepada dhany, “Mba, jangan pernah tinggalin mas karena mas sangat butuh cahaya dari mba. Dan dokter juga bilang ini semua suatu mukjizat penyakit Leukimia yang dideritanya kian lama kian membaik. Padahal mas udah divonis bahwa hidupnya nggak akan lama”
Setelah mendengar berita itu, dhany pun mencarik selembar kertas dan menuangkan isi hatinya.

Tuhan, jika rintihan sakit hambamu tlah Kau dengar
Kau pun akan mengurangi rasa sakit itu..
Tapi jika kehendak-Mu menginginkan jiwa kecil ini bak cahaya asma-Mu
Aku ‘kan selalu memberi cahaya itu jika mereka
membutuhkan-Nya…

Beberapa jam kemudian,’1 Message received dari sang penyair’ “Malam lilin kecilku, aku kembali karena cahayamu yang memanggilku untuk kembali dan memenuhi janjiku pada lilin kecilku”.
Sepulangnya ke Jakarta, wajah pucat sang penyair menatap dhany sambil tersenyum sembari membisikkan sesuatu ke telinga dhany, “Mas sangat butuh cahaya lilin kecil itu, jangan pernah redupkan dan tinggalkan aku lilin kecilku..”. Dhany pun hanya tersenyum menatap celah dimata sang penyair,”lilin kecil kan tetap meyinari setiap langkah sang penyair” guman Dhany dalam hati.

By, Nur anisa ramadhani