Rabu, 27 Agustus 2008

AKU

Aku tak ingin tergolek lemah menahan sakit amarah darah

Aku tak ingin melihatnya terbujur dalam redupan kelam

Aku tak rela bila semangat itu pudar

Karena ku hanya butuh kilatan putih yang membuat tegar

Kilatan yang mungkin mampu menyibak diriku kelam

Tak tega bila melihat rintihan yang seakan memakan

Tak ingin kulihat bila harus terjaga diantara dua pilihan

Tak ingin namanya ternguak pada hati yang kian menyayang

Tak ingin semangatnya tertanam pada raga yang kian mengguncang

Tak ingin wajahnya berada pada tebaran bintang

Aku hanya ingin ia harus ada pada diri kecil yang kian mulai menyayang

DATA PSIKOLOGI

Pengertian psikologi

  • Ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan.
  • Ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dengan hewan.
  • Ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam kaitannya dengan dorongan intrinsic maupun ekstrinsik.

Ruang lingkup Psikologi terdiri dari :

a. Psikologi Perkembangan

b. Psikologi Sosial

c. Psikologi Pendidikan

d. Psikologi Industri dan Organisasi

e. Psikologi Eksperimen

f. Psikologi Klinis

2.2. Pengertian Sosiologi

Ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia didalam hidup bermasyarakat

2.3. Pengertian Antropologi

Ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia dari segi fisik, sejarah perkembangan dan hasil-hasil kebudayaanya.

2.4. Pengertian Perilaku

Merupakan pernyataan fisik sebagai interaksi antara diri dengan lingkungan maupun dengan dirinya sendiri.

Jenis-jenis Prilaku :

1. Overt

Yang dapat diamati dan ditafsirkan secara langsung melalui gerak-gerik.

2. Covert

Yang tidak dapat diamati secara langsung namun dapat ditafsirkan melalui metode tertentu seperti : observasi, interview atau tes psikologi.

Unsur jiwa :

1. Afeksi

Aktifitas jiwa yang berhubungan denga unsur perasaan atau rasa.

Contoh : bahagia / bangga

2. Konasi

Aktifitas jiwa yang berhubungan dengan unsur kemauan atau karsa.

Contoh : cita-cita, minat

3. Kognisi

Aktifitas jiwa yang berhubungan dengan unsur pikiran atau cipta.

Contoh : membuat hasil karya

NAFAS TERAKHIRKU

Dalam kesunyian malam, tengadahku kepada Yang Maha Kuasa “Tuhan, jika aku kecil dihadapan-Mu, entah kenapa aku merasa paling kecil dihadapan semua mahluk ciptaan-Mu? Salahkah aku jika berprasangka seperti ini? Tuhan, begitu sakit yang rasakan hingga detik ini. Mungkin inilah keagungan Engkau, kasih sayang Engkau kepadaku tapi aku mohon beri aku sedikit waktu untuk membuat mereka tersenyum lagi”, rintihku. Derai tangispun membasahi pipi lebamku hingga merenggut sesak direlung hati dan bergumam dalam diri, “Tuhan pintaku satu pada-Mu izinkan aku agar selalu berada dijalan-Mu, terangi langkah rapuh ini, teguhkan hati kecil ini agar selalu ingat pada-Mu..dan izinkan aku untuk membuat tersenyum akan orang-orang tersayang..dan kuatkan selalu tubuh mungil ini”. Tak terasa mentari pagi tlah menaruh senyuman hangat dalam kamarku, “Sayang…bangun dong, udah siang niy,,”, sahut bunda membangunkanku sembari membuka jendela kamarku. “Ya ampun, emang udah jam berapa?”, tanyaku. Jawab bunda sembari mengelus-elus kepalaku,”Jam 5, emang kamu nggak sholat? Semalem sholat sampe jam berapa?”. “Nggak tau..”, jawabku sambil memakai mukenah. Dan akupun melaksanakan sholat subuh.
***
Ketika sang mentari kembali keperaduannya, tiba-tiba Vanny memanggilku dan aku pun berbincang-bincang dengannya di beranda rumah. “Gimana kondisi loe sekarang? Udah baikkan belom?”, tanya Vanny padaku. “Nggak koq, gw nggak apa-apa..kenapa siy? Gw’kan nggak sakit, kenapa loe nanya kaya gitu?”, jawabku lirih. “Oia, da apa loe kesini?”, tanyaku. Jawab vanny sembari menggendong kucing kesayangan ibuku, “Iya, gw kesini mau ngebaca puisi-puisi yang pernah loe bikin. Boleh’kan?”. Tak lama setelah 15 menit vanny pun pulang sambil membawa tumpukan puisi-puisi yang pernah kubuat. Lama tak melihat bayangan vanny pergi dari rumahku, aku pun berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan cairan darah yang membuat nanar sakit dikepalaku. “Sayang..kenapa?? koq lari sambil megang mulut gitu?”, tanya bunda khawatir. 10 menit lamanya aku di dalam kamar mandi sembari menahan sakit yang berbinar-binar di kepala. Tok..tok..tok…”Bunda masuk yah??”, tanya bunda cemas. Bunda tak tahu apa yang terjadi di dalam, aku yang sudah tergolek tak berdaya di kamar mandi, akhirnya diangkat oleh ayah ke kamar dan dibaringkannya tubuh ringkihku. “Yah..bawa kerumah sakit aja yuk..”, pinta bunda kepada ayah cemas. “Iya..iya..sekarang ayah lagi telpon temen ayah dulu, habis itu kita jalan.”, jawab ayah cemas sambil menelpon temennya.
***
Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, aku hanya menahan sambil memegang erat kepala yang kian terasa merenggut nyawaku. “Astaghfirullah…ya allah…sakit…sakit…,sakit yah, bunda”, teriakku sambil merintih. “Sabar yah sayang..sekarang kita lagi dijalan mau kerumah sakit”, sahut bunda. Ayah yang biasanya selalu memijat-mijat kepalaku jika aku merintih kesakitan, kini tak tahu apa yang harus ia lakukan melihat aku yang tergolek merintih dan menahan darah yang kian terus menerus keluar dari hidung dan mulut. “Sayang..kuat yah,bunda sama ayah selalu doa’in kamu..”, sahut bunda sabar. 15 menit lamanya aku menahan rasa sakit yang kian mengiris nyawaku perlahan, UGD pun menjadi saksi akan sakit yang aku rasakan. “Maaf bu, pak, sebaiknya anggota keluarga menunggu diluar agar pasien terjaga dengan baik”, pinta perawat kepada ayah dan bunda.
Mereka tak tahu apa yang aku rasakan didalam, beribu selang di pasang diseluruh tubuhku, beribu jarum disuntikkan pada bagian tubuh kecil ini, hingga darah terus menerus mengalir keluar. Tapi suntikan bius yang membuat tubuh ini melanglang buana belum sempat disuntikkan pada tubuhku, karena dokter merasakan bahasa bibirku untuk mengatakan sesuatu padanya. Tubuh ini pun terasa kian hampa, aku tak tahu apa yang sedang aku rasakan sekarang, mungkin Tuhan berkehendak lain kepadaku. “Dok aku mohon, tolong beri aku cahaya meskipun orang-orang disini udah berusaha semaksimal mungkin..aku nggak kuat, rasanya sakit banget..”, pintaku kepada salah satu dokter sembari merintih. “Iya..saya tahu, kamu udah nggak kuat tapi sejujurnya semangat kamu untuk terus bertahan membuat cahaya yang ada diri kamu tak pernah redup,,”, jawab dokter lirih.
Satu jam lamanya operasi telah berjalan, tapi tak satu orang pun yang keluar dari balik pintu Ruang Bedah memberitahukan bagaimana kondisiku saat itu. Semakin cemas dan khawatir yang dirasakan oleh ayah dan bunda, tiba-tiba “Maaf pak,bu, sejauh ini anak bapak dan ibu masih dalam kondisi kritis..dan mengalami koma”, tutur dokter. “Ayah…gimana?? Ya allah, apa yang Engkau berikan kepada anak kami..”, teriak bunda. “Sabar..sekarang kita terus berdoa aja buat dia”, pinta ayah.
Beberapa bulan di rumah sakit aku mengalami koma dengan tubuh terbujur kaku selayak orang mati, tapi disisi lain aku mampu melihat apa yang orang tuaku lakukan. Doa-doa yang selalu mereka panjatkan untukku selalu menghiasi hari-hari mereka. “Yah..bunda seneng banget klo dia lagi bikin puisi”, tutur bunda sembari senyum menangis. “Banyak banget lho yah puisi-puisinya..”, lanjut bunda. Kata ayah sambil tersenyum kangen melihat folder foto bersamanya yang tersimpan di handphone, “Ayah kangen banget sama senyum kecilnya.. ayah berharap ia kuat ngejalanin semua ini,”. “Yah, kenapa penyakit itu harus merenggut dalam tubuhnya ya??”, Tanya bunda. “Ayah nggak tahu bu, yang jelas penyempitan selaput otaknya udah kian memburuk dan bulan lalu pun dokter udah memvonis tak akan lama ia bertahan”, jawab ayah sambil menghela napas panjang.
Masa koma yang aku alami pun belum berakhir, kecemasan ayah dan bunda kian melonjak saat perawat berbicara, “Maaf bu, pak, sebaiknya keluarga harus masuk kedalam..”, pinta salah satu perawat dengan wajah cemas. “Aduh..ada apa sus?? Kenapa dengan anak saya?”, Tanya bunda khawatir. Ayah dan bunda pun memasuki Ruang ICU dengan ditemani salah satu perawat. Saat memasuki ruangan kecemasan tampak pada raut wajah mereka hingga berubah ketakutan ketika mereka melihat aku dengan mulut serta hidung penuh darah. “Ya allah..yah, kenapa keluar darah gitu…”, tutur bunda menangis. “Bu..apa yang bisa buat dia semangat?”, Tanya ayah cemas. “Iya..iya, bunda tahu. Dia selalu ngerasa nggak sakit klo lagi bikin puisi”, jawab bunda sembari mencari Vanny di namelist handphonenya.
“Assalammu alaikum, vanny yah? Ini tante sayang, bisa tolong ke rumah sakit sekarang nggak sekaliann bawa tumpukan puisi-puisi yah..”, pinta bunda. “Iya tante, vanny segera kesana sekarang”, jawab vanny.
Seperjalanan vanny menuju rumah sakit, nyawa sahabat yang selalu dikagumi tak bisa tertolong lagi. Aku yang kini hanya dalam kenangan, telah terbaring dilumuri darah mengakhiri hidup ini dengan senyuman yang masih menyelimuti wajah mungilku. Baitan puisi-puisiku pun telah menjadi saksi akan arus yang kian merenggut nyawaku. Berbagai karangan bunga pun menghiasi tempat persinggahan terakhir dan kediamanku, itu semua menandakan bahwa aku tak pernah sendiri dan takkan mungkin untuk bisa sendiri.

PENGERTIAN PERSALINAN

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2001 ).
Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam ( Rustam Mochtar, 1998 ).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin ( Prawirohardjo, 2001 ).
2.3.1. Etiologi
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang komplek antara lain ditemukan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh prostaglandin, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.

2.3.1.1. Teori penurunan hormonal
1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
2.3.1.2. Teori plasenta menjadi lebih tua
Yang akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron sehingga menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
2.3.1.3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot sehingga mengganggu sirkulasi utero placenta.
2.3.1.4. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (Frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
2.3.1.5. Induksi partus ( Induction of labour )
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan : rangsang laminaria, amniotomi, dan oksitosin drips.
(Rustam Mochtar, 1998).
2.3.3. Tanda dan gejala persalinan
2.3.3.1. Tanda permulaan persalinan
Pada permulaan persalinan / kata pendahuluan ( Preparatory stage of labor ) yang terjadi beberapa minggu sebelum terjadi persalinan, dapat terjadi tanda-tanda sebagai berikut :
- Lightening atau setting / deopping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
- Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
- Perasaan sering kencing ( polikisuria ) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
- Perasaan sakit diperut dan dipinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya fleksus frankenhauser yang terletak pada sekitar serviks (tanda persalinan false-false labour pains).
- Serviks menjadi lembek, mulai mendatar karena terdapat kontraksi otot rahim.
- Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan dan bisa bercampur darah (Bloody show).


2.3.3.2. Tanda-tanda inpartu sebagai berikut :
- Kekuatan dan rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat, sering dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
- Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
- Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
- Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks : perlunakannnya, pendataran, dan terjadinya pembukaan serviks ( Manuaba, 1998).
2.3.4. Faktor-faktor yang penting dalam persalinan antara lain :
2.3.4.1. Power ( kekuatan mendorong janin keluar ) terdiri dari :
1) His ( kontraksi uterus )
Merupakan kontraksi dan relaksasi otot uterus yang bergerak dari fundus ke korpus sampai dengan ke serviks secara tidak sadar.
2) Kontraksi otot dinding rahim.
3) Kontraksi diafragma pelvis / kekuatan mengejan.
2.3.4.2. Passanger meliputi :
- Janin
- Plasenta

2.3.4.3. Passage ( jalan lahir ) terdiri dari :
- Jalan lahir keras yaitu tulang pinggul (os coxae, os sacrum / promontorium, dan os coccygis)
- Jalan lahir lunak : yang berperan dalarn persalinan adalah segmen bahwa rahim, seviks uteri dan vagina, juga otot-otot, jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat urogenital.

KETIKA IA ADA

Ketika mata mulai terpejamkan oleh hempasan lembayung sunyi
Manakala cahaya purnama menyibak derita pekat ragaku
Ketika perih yang telah menusuk kalbu sukma putih
Manakala deritaku ini terpanggil akan diri runtuh mereka
Ketika buaian geram itu terngiang dalam raga kecil ini
Adakah mereka hanya terbuai pada wajah syahduku
Ketika derai air mata membasahi pipi yang kian menepi
Adakah mereka menyisakan pedih itu padaku
Ketika raga terperosok ke dalam hempasan pekatnya pasir
Adakah mereka ternguak dalam melodi kisah klasik indahku
Bila saja ingin kuputar waktu
Inginku hanya berjalan dalam redup kilatan yang penuh pengharapan
Bila dapat kutarik kata-kata ini
Harapku pada penantian akan sosok ini yang gemilang
Entah itu hanya harapan, kini kukayuh kembali penantian yang tlah lama kupendam
Dan bila waktu merajut alunan mimpi kisahku
Dan bila waktu membuka lembaran detik mimpi harapku
Dan bila waktu melihat alunan rasa optimisku
Kini aku tak lagi menata sendiri,
Walau hanya ternguak dalam rajutan alunan kisah klasikku
Walau hanya tercipta dalam mimpi harapku
Sang penyairlah yang mencipta serta merajut alunan, harapan maupun mimpi-mimpi kisah klasik indahku..
Aku tak ingin tergolek lemah menahan sakit amarah darah
Aku tak ingin melihatnya terbujur dalam redupan kelam
Aku tak rela bila semangat itu pudar
Karena ku hanya butuh kilatan putih yang membuat tegar
Kilatan yang mungkin mampu menyibak diriku kelam
Tak tega bila melihat rintihan yang seakan memakan
Tak ingin kulihat bila harus terjaga diantara dua pilihan
Tak ingin namanya ternguak pada hati yang kian menyayang
Tak ingin semangatnya tertanam pada raga yang kian mengguncang
Tak ingin wajahnya berada pada tebaran bintang
Aku hanya ingin ia harus ada pada diri kecil yang kian mulai menyayang

PERKEMBANGAN PERSALINAN DI INDONESIA

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25 – 50% kematian usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan. (Saifuddin, 2002)
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI ) menyebutkan Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2003 adalah 307 / 100. 000 kelahiran hidup sedangkan menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) menyebutka Angka Kematian Ibu ( AKI ) di Indonesia pada tahun 2005 adalah 263 / 100.000 kelahiran hidup. Dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) dan Angka Kematian Balita ( AKBA ) pada kurun yang sama juga mengalami penurunan. Angka Kematian Bayi ( AKB ) dari 51 / 1000 kelahiran hidup menjadi 35 / 1000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita ( AKBA ) dari 82,6 / 1000 kelahiran hidup menjadi 46 / 1000 kelahiran hidup.
Hasil survey menyebutkan komplikasi penyebab kematian ibu terbanyak adalah karena perdarahan, hipertensi selama kehamilan, infeksi, partus lama, dan keguguran. Sedangkan Angka Kematian Bayi ( AKB ) yang baru lahir disebabkan oleh asfiksia, infeksi, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Melihat Angka Kematian Ibu ( AKI ) yang masih tinggi, maka Departemen Kesehatan membuat kebijakan yaitu pada tahun 2010 menargetkan Angka Kematian Ibu ( AKI ) menjadi 125 / 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi menjadi 15 / 1000 kelahiran hidup. Kebijakan ini akan mencapai hasil yang maksimal dengan adanya pelayanan kesehatan yang berkualitas, tenaga penolong yang professional serta didukung oleh perlengkapan yang memadai.
Pada prinsipnya kematian ibu dan bayi dapat dicegah dan faktor – faktor pencegahnya telah diketahui. Pencegahan primer atau yang utama adalah pada ibu yaitu melalui pemeriksaan kehamilan secara teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu 1 kali pada trimester pertama, I kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Hal ini dimaksudkan agar ibu dapat melalui kehamilannya dengan sehat dan selamat. Pengawasan selama hamil memberikan manfaat dengan mendeteksi secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah – langkah dalam pertolongan persalinan, sehingga pada persalinan dapat berlangsung dengan aman dan dapat melahirkan dengan selamat serta terhindar dari bahaya infeksi bagi ibu dan bayinya.
Dalam kaitannya dengan hal ini, bidan sebagai ujung tombak pelayanan asuhan kebidanan harus dapat berperan lebih besar yaitu tidak hanya pengawasan pada ibu selama kehamilan, namun juga sebagai pendamping atau penolong persalinan, pengawasan dan perawatan ibu selama masa nifas serta perawatan bayi baru lahir.
Adapun angka pelayanan asuhan kebidanan pada ibu bersalin di RB Hidayat sebagai lahan praktek yang dijadikan tempat penelitian penulis, satu tahun terakhir ( tahun 2007 ) yaitu sebesar 750 kelahiran hidup. Dan tidak ada Angka Kematian Ibu ( AKI ). Hal tersebut dapat terjadi karena pelayanan yang diberikan sesuai dengan SOP.
Dalam mendukung upaya Making Pregnancy Safer yang bertujuan untuk menekan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, penulis melakukan asuhan kebidanan secara kompehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dan pada bayi baru lahir. Asuhan kebidanan komprehensif ini dilakukan dengan cara memantau keadaan ibu pada masa hamil, bersalin, nifas dan pada pada bayi baru lahir guna mendeteksi secara dini adanya kelaianan-kelainan yang mungkin terjadi, untuk dapat segera ditangani sehingga morbiditas dan mortalitas dapat dicegah. Asuhan kebidanan ini dilakukan di RB Hidayat Bekasi.

rRINTIHAN PENYAIR

Dari sudut pintu dhany melihat sang penyair berdiri sambil menghisap sebatang rokok. “Assalammu a’laikum…” sapa dhany kepada sang penyair. “Assalammu a’laikum…” dhany pun mengulangi sapaannya hingga beberapa kali. Tak lama sang panyair pun manjawab dengan senyuman hangat, “ Waa’laikum salam “.
Meskipun senyuman hangat itu terlontar dari bibir tipis yang sembari tadi menghisap rokok kesukaannya, sorot mata tajam itu selalu membuat dhany gundah tak terkira. Sekat-sekat yang tlah mengusik hati seorang penyair kian menggerogoti relung hatinya, entah apa yang terjadi. Dhany pun kini hanya bisa terdiam menatap kekosongan yang ada diantara celah matanya. Mata yang membuat orang bertanya-tanya akan dirinya, dingin hatinya pun tak mampu mencairkan derai-derai luka yang menyelimuti kehidupan kelamnya dulu. Dhany pun tak sabar ingin mendengar keluhan yang selalu ia ceritakan, “Ada apa siy? koq ngelamun aja..” tanya dhany dengan rasa penasarannya. “Hhmm…“ jawab sang penyair singkat sambil menggelengkan kepalanya. Melihat reaksinya yang seperti itu dhany pun hanya bisa bersabar menunggu cairnya hati sang penyair akan derai lukanya. Tak lama hisapan rokok terakhirnya pun membuat ia tak sabar ingin menceritakan derai-derai itu kepada dhany, tangan dhany pun langsung ditariknya dengan erat hingga berteriak kesakitan, “Aduhh..jangan kasar-kasar, sakit banget tau!!”. “Maaf, ga ada maksud buat kasar koq.”, jawab sang penyair lembut. Celotehan anak-anak pun tiba-tiba mengusik sang penyair, hingga menarik tangan dhany untuk pergi keatas loteng tempat biasa kami bercengkrama. “Ada apa??” , tanya dhany penasaran. Sang penyair pun akhirnya bercerita, “Selama ini dhany belum pernah tahu apa yang mas alami, dan entah kenapa mas sendiri merasa nyaman untuk selalu bersama dhany”. “Mas ngerasa klo sorot mata dhany membuat mas tenang dan ga bisa ngelakuin hal-hal yang temperamental” sambung sang penyair sambil menerawang jauh. “Mas punya penyakit Leukimia, dan selama ini mas udah ngejalanin kemoterapi selama 16 kali” ucap sang penyair lirih seolah ragu untuk mengtakannya. Dhany hanya menatap dan bertanya hingga berulang kali, “Mas benerkan ngomongnya??” Ga ngebohongin dhanykan?”. Tanya dhany berulang-ulang, “Trus kenapa mas bisa ngerasain klo mas bisa nyaman bersama dhany, padahal dhany baru kenal mas dan yang dhany tahu mas lebih deket sama indah. Kenapa harus dhany??” tanya dhany penuh dengan rasa penasaran. “Mas pun juga nggak tahu, kenapa harus dhany”, tegas sang penyair. Tak lama kami pun turun, “Mas dhany pulang dulu yah..Assalammu a’laikum,,”, pamit dhany. “Walaikum salam,hati-hati yah..”, jawab sang penyair.
***
Ketika sang dewi malam merebak tenangnya jiwa-jiwa yang tertidur, satu dari mereka terbangun. Trit..trit..trit.. ”Aduh,,malem-malem gini siapa siy??”, kata dhany dengan kesal sembari membuka handphonenya. ‘1 Message received dari sang penyair’. “Mas nggak bisa tidur, mas takut klo mas tidur besok nggak bisa bangun lagi”, jelas sang penyair khawatir.Dhany pun membalas sms tadi dengan memberi sedikit petuah.
Sore hari menjelang maghrib, sang penyair menjelaskan apa yang terjadi semalam. “Mas baru aja ditanya sama Pak Amin, katanya semalem mas jalan sendirian di rel kereta api, trus Pak Amin manggil-manggil mas tapi mas nggak denger. Padahal dhany tau kan klo mas ngirim sms nggak bisa tidur”. “Iya, trus semalem kenapa mas sms dhany kaya gitu?”, tanya dhany. Sang penyair menjawab, “Mas semalem nggak bisa tidur soalnya mas mimpi klo mas tidur ditengah-tengah dan mas ngelihat keluarga mas sendiri lagi ngebacain surat yassin buat mas, mas takut makanya mas sms dhany” lanjutnya sang penyair dengan menunjukan raut wajah ketakutan. “Ya ampun koq bisa kaya gitu??”, tanya dhany heran. “Mas juga nggak tahu, pokoknya klo mas mau ngejalanin kemoterapi banyak banget hal aneh yang menimpa diri mas”, jelas sang penyair sekali lagi. Sejenak kami pun terdiam, dan sang penyair membisikkan ketelingaku “Besok mas mau pergi, minta doa dari dhany yaah??”. Mata dhany pun langsung terbelalak menatap hangat sinar matanya, dan bertanya ada apa dengan semua ini. Apakah bisikan itu hanyalah sebuah permainan belaka? Atau hanya membuat hati ini kian tercabik oleh derai yang nyata? Dhany pun meyakininya dengan berkata “Dhany adalah lilin kecil yang selalu menerangi langkah sang penyair, jangan pernah ragukan jiwa kecil ini tapi tegarkan ketegaran yang ada pada diri mungil ini”. Senyum tipisnya pun muncul dari bibir yang sering menghisap berbatang-batang rokok.
Kepergiannya pun sembari mengikuti kepulangan dhany ke rumah, dhany yang mengikuti dari belakang menatap gagahnya punggung, yang orang tak mengira bahwa ia menderita penyakit yang mematikan, Leukimia. Entah kenapa satu-satu air mata jatuh membasahi pipi yang ditutupi helm, Dhany meyakinkan dalam hati bahwa ia akan pulang dengan sehat, tapi selintas ada keraguan dalam pikiran dhany.” Tuhan, tolonglah hambamu itu dalam kepergian dan kepulangannya” rintih dani lirih.
Di salah satu tikungan jalan pun kami berhenti, air mata itu pun kian menetes membasahi pipi dhany. “Mas pergi dulu yah, tunggu mas..”, tegas sang penyair. “Mas janji yah akan selalu ada disamping dhany dan buat bunda tersenyum lagi sama dhany ya mas..”, sahut dhany sambil memeluk erat tubuh renta sang penyair. “Oia.. pake sarung tangan dhany aja niy, nggak di pake koq”, pinta dhany. Tampak sang penyair menerima dan memakainya, dhany tak beranjak sampai punggung sang penyair tak tampak lagi.”Tuhan, berilah kekuatan padanya” ucap lirih Dhany.
***
Selama beberapa hari sang penyair menjalani terapi di Surabaya, sang penyair selalu menulis bait-bait puisi pengharapan. Hati kecil dhany pun tergoyah untuk menjawab biat demi bait itu,

Jika Tuhan menghendaki sang penyair hidup,
maka hidupkanlah
Karena lilin kecil yakin takkan ada yang tak mungkin
Tuhan..terangkan mata, hati, jiwa serta raga sang penyair
Lilin kecil yakin bahwa sang penyair akan tetap hidup
Karena lilin kecil tlah berjanji ’kan selalu menerangi jalan sang penyair
Sudah seharian ini Dhany tidak mendapatkan kabar dari sang penyair,Dhany tak tahu entah apa yang terjadi di Surabaya, tapi salah satu dari keluarganya memberitahu dhany melalui sms “Mbak, ini iqbal adiknya mas.saya mu ngabarin kondisi mas, mas sekarang lagi dalam kondisi kritis”. Sekejapan dhany terdiam,dhany pun meneruskan membaca sms tadi.” Iqbal udah baca semua puisi mbak dhany, semua disini mengharapkan doa dari mbak”, pinta iqbal kepada dhany. Dhany pun membalas, “Ia, iqbal juga terus kasih kabar ke dhany yah..jangan lupa”. Beberapa jam kemudian, Iqbal pun menghubungiku dan meminta penjelasan akan lilin kecil karena saat sang penyair siuman ia bergumam dan menyebut nama lilin kecil. “Assalammu a’alakum, mba dhany yah?” tanya iqbal kepadaku. Iqbal adalah salah satu adiknya yang selalu ada disamping kerap ia menjalani terapi. “Waa’laikum salam, iya saya dhany” jawabku penasaran. “Mba, mas udah siuman tapi selama ini mas selalu nyebut nama lilin kecil. Siapa lilin kecil itu mba?”, tanya iqbal. Dhany pun menceritakannya, “Lilin kecil itu dhany sendiri, mas pernah bilang klo selama mas dekat dhany mas selalu merasa nyaman dan selalu tenang melihat cahaya dalam mata dhany sendiri”. Pinta iqbal kepada dhany, “Mba, jangan pernah tinggalin mas karena mas sangat butuh cahaya dari mba. Dan dokter juga bilang ini semua suatu mukjizat penyakit Leukimia yang dideritanya kian lama kian membaik. Padahal mas udah divonis bahwa hidupnya nggak akan lama”
Setelah mendengar berita itu, dhany pun mencarik selembar kertas dan menuangkan isi hatinya.

Tuhan, jika rintihan sakit hambamu tlah Kau dengar
Kau pun akan mengurangi rasa sakit itu..
Tapi jika kehendak-Mu menginginkan jiwa kecil ini bak cahaya asma-Mu
Aku ‘kan selalu memberi cahaya itu jika mereka
membutuhkan-Nya…

Beberapa jam kemudian,’1 Message received dari sang penyair’ “Malam lilin kecilku, aku kembali karena cahayamu yang memanggilku untuk kembali dan memenuhi janjiku pada lilin kecilku”.
Sepulangnya ke Jakarta, wajah pucat sang penyair menatap dhany sambil tersenyum sembari membisikkan sesuatu ke telinga dhany, “Mas sangat butuh cahaya lilin kecil itu, jangan pernah redupkan dan tinggalkan aku lilin kecilku..”. Dhany pun hanya tersenyum menatap celah dimata sang penyair,”lilin kecil kan tetap meyinari setiap langkah sang penyair” guman Dhany dalam hati.

By, Nur anisa ramadhani

hargai mereka

Derai hujan yang kian membasahi gelap sang malam seakan kini merindukan sang dewi memadu kasih dengan bintang pujaan. Sayup angin yang berhembus kencang selintas mengingatkanku kepada mereka yang pernah mewarnai hidup.
Ketika cinta yang seharusnya belum tumbuh dibenak seakan membuatku tersenyum mengingat. Dari kejauhan tampak dua sahabat yang sedang menuju jalan pulang, “Dev, gw boleh jujur nggak sama lo??”, tanyaku kepada deva. Deva pun menatapku dengan mendelik sembari tersenyum,”Kenapa lo? Ada pa siy??”. “Tapi lo jangan bilang ke orangnya yah??please….”, pintaku. “Iya..iya..beres deh!!”, jawab deva. Mereka berdua pun terlihat berbicara serius.
Panas yang begitu menyengat seakan menepis semangat anak-anak SMPN BHAKTI PERSADA yang sedang berolahraga. “Woii..serius amat lo put,,gw pengen ngomong niy ma lo.”, tutur deva sembari mengagetkan putra. Putra pun kaget sembari mengelus dada dan berkata “Ah lo dev,,ngagetin aja!!”. “Bentar lagikan ada reunian niy,,kemarin si vara ngomong banyak tentang lo ke gw…”, jawab deva menceritakan curhatanku kepadanya tentang putra.
Dari balik koridor kelas 1.1 terlihat deva dan aku membahas tentang curhatan tentang putra yang pernah aku ceritakan kepadanya. “Ya ampun dev, kenapa lo ceritain ke putra siy?? Gw’kan malu banget ama dia, lagipula dia’kan udah punya cw..”,tanyaku kesal. “Sorry,,abis gw nggak suka aja lo jaim ma putra. Padahal lo sendiri suka dan sayang banget ma dia’kan??”, jawab deva menjelaskan maksudnya yang terlanjur membocorkan rahasia. Akhirnya aku pun pasrah karena ulah deva yang membuatku kesal, namun saat malam reunian itu maksud deva menceritakan curhatanku kepada putra membuatku tersenyum lagi melihat ulahnya yang kini berhasil.
Putra yang telah lama memendam perasaan kepadaku, kini saat malam reunian itu dia pun mengungkapkan kata cinta padaku. “Va, gw denger lo abis curhat tentang gw ke deva yah?? Dan sekarang gw udah tahu semua koq, lo mau kan jadi cw gw??, Tanya putra padaku sembari memegang erat tanganku. Jemari lembut yang membuatku dingin dan takut, namun senyum hati yang terpancar dalam lubuk ini. Mungkin ini merupakan kali pertama tangan polosku di genggam erat olehnya. “Koq diem aja siy?? Takut apa grogi??”, Tanya putra meyakinkanku. “Iya, vara takut..tapi putra jangan bilang ke siapa-siapa klo sekarang kita udah jadian..”, jawabku lirih. “Nggak tenang aja koq..”, jawab putra sembari mengecup keningku.
Senyum hangatnya mentari membuat hati kecil ini terpancar kilauan senyuman bahagia. Namun pagi itu aku berharap tidak ada kegelisahan yang terjadi semalam, tiba-tiba “Cie..vara udah jadian niy,,”, sahut salah satu teman yang mengejekku. Ketakutanku akan semua ini pun akhirnya terjadi, namun putra menjelaskan semua ini dan meyakinkanku untuk tetap setia meskipun orang bilang cinta ini adalah cinta monyet.
***
Dua tahun lamanya aku menjalankan hubungan ini secara diam-diam alias Backstreet, begitu banyak masalah yang aku hadapi mulai dari kebohongan yang selalu termakan dalam hidupku, ketidaksukaan orang tuaku akan faktor keluarganya hingga kebencian orang tuaku akan kehadiran putra.
Hingga suatu malam ketika aku ingin pergi orang tuaku tahu bahwa aku tidak sendiri, melihat bustep motor belakang yang dipenuhi tanah. “Kamu pergi sama siapa??”, Tanya bunda kepadaku. Aku pun bingung harus menjawab apa dan..”Pergi sendiri koq..”, jawabku. Aku tak tahu keberapa kalinya aku meski berbohong. Dan entah keberapa sekian kali pukulan demi pukulan ada didalam tubuh ini, kata-kata kotor pun terbilang sering terlontar dari mulut bunda hingga aku akhirnya diusir dari rumah jika suatu hari nanti aku masih menjalin hubungan dengan putra.
“Tuhan, aku lelah dengan semua ini.. kebohongan yang selalu mengitari bagian hidupku, ketakutan demi ketakutan akan hubungan ini, entah apa yang harus aku lakukan..”, batinku sambil terus melangkah pulang. Trit..trit.. 1 Message received, “Vara, lagi ngapain?”, Tanya mas gun. “Hah..dari mana mas gun tahu nomor aku yah??”, batinku bertanya.
“Aduh..atau aku harus melakukannya? Tapi aku masih sayang banget ama putra,, udah ah bodo amat!!”, batinku. Dan aku pun terus berkomunikasi melalui SMS dengan mas gun, begitu banyak perhatian yang dia beri kepadaku.
Hingga suatu hari ketika aku ingin lepas dari putra dan ingin terhindar dari segala kebohongan yang mengusik hidupku. “Put, kayanya kita sampai disini aja deh..”, tuturku. “Kenapa? Lagi-lagi nyokap yah?? Sebenernya kamu tuh kaya robot tahu..yang bisanya cuma dikendaliin sama nyokap kamu sendiri. Kamu tuh punya hak atas hidup kamu..”, sahut putra kesal karena alasan nyokap yang selalu dibahas. “Kamu gitu siy? Aku tuh hidup ama orang tuaku sendiri, jadi jelas dong klo aku masih harus nurut ama mereka”, jawabku.
Sejenak pun kami terdiam, “Put, semalem aku abis jalan ama mas gun dan bukan ngerjain PR”, tuturku.
Meski harus dengan cara seperti ini aku memutuskan hubunganku dengan putra, namun ia tetap bersikeras untuk menjalin hubungan ini kembali. “Aku maavin kamu atas sikap kamu yang udah nggak jujur ama aku. Tapi aku mohon gimana klo kita jalanin hubungan ini lagi?? Lagipula kita juga masih baik aja dengan ke-Backstreet-an ini’kan?”, pinta putra memohon. “Aku bener2 nggak bisa. Dan aku udah capek dengan kebohongan ini, aku juga mau hidup tenang dengan selalu nurut ama orang tua aku sendiri.”, jawabku. Tetes demi tetes air mata menghiasi hari terakhirku bersama putra, dan..”Ok, klo itu buat kamu bahagia aku akan turutin” sahut putra sembari menghela napas panjang.
Sepanjang perjalanan hubunganku bersama putra kian mengusik hati yang membuat ini semua ingin tertatih hingga menguak baitan puisi yang selalu hadir bersamanya.

Diatas daun kuberdiri
Mengarungi cinta yang sejati
Tak ada yang kutemui
Hanya daun ini yang setia menemani
Akankah ku mampu berdiri
Diatas daun yang berduri
Menahan angin yang berlari
Menahan isak tangisku sendiri
Goyahkah ku…
Gelisahkah ku…
Cercahkah aku…
Disaat perasaan pasrahku
Segumpal air menggoyahkanku
Memecahkan rasa risauku
Menahan pilu di dalam hatiku
Hanya segumpal air membuatku tertipu
Tak satupun tahu pilunya hati ini
Menahan gumpalan air sembari tadi
Namun kutetap berdiri
Diatas daun yang setia menemani
Dan akan kutemui
Cinta yang sejati…

Seiring selama seminggu ini aku tak bersama putra lagi, ketakutanku sebelumnya saat hari itu kini niscaya sirna begitu saja karena termakan kata-kata manis dan perhatian yang mas gun berikan padaku.
“Mas, boleh nggak vara nanya sma mas??”, tanyaku. Perihnya angin malam yang tak terasakan oleh indahnya taburan bintang yang menghiasi jalanku bersama mas gun. “Boleh, emang kenapa?”, jawab mas gun santai. “Sebenernya mas gun nganggep vara apa siy?”, Tanyaku. Tiba-tiba tangan diamku pun ditariknya dan ditaruhnya pada belahan dada sambil memegang erat, “Gimana yah ngomongnya? Mas juga nggak tahu niy, padahal mas juga nggak mau ngomong sekarang soalnya ini bukan waktu yang tepat buat diomongin ke vara”, jawab mas gun sambil mengalihkan pembicaraan..“Eh..ngomong-ngomong jalan kemana lagi niy??”. “Iy..mas gitu deh,,ngalihin omongan aja”, sahutku sembari memukul pundak mas gun. Laju motor yang entah tak tahu kemana kini harus berhenti pada salah satu saung di pinggir jalan, “Nah..klo ngomong disini’kan aga enakan gitu..”, tutur mas gun sambil memesan es kelapa. “Trus apaan dong? Tadi’kan vara nanya, sebenernya mas nganggep vara apa?”, tanyaku penasaran. Pembicaraan kami pun harus berhenti dengan rasa setengah bahagia karena harus menerima kebahagiaan yang mas gun terima dariku, dan selebihnya ia harus bersabar akan persetujuan dari orang tuaku.
“Bu, menurut bunda gimana klo aku sama mas gun?”, tanyaku takut. Bunda pun menjelaskan ketidak setujuannya bila aku dan mas gun harus menjalin hubungan. Tapi semua itu aku hanya menganggap angin belaka yang selalu dilontarkan kepadaku.
Hingga suatu malam,

Dear diary,
Kenapa siy bunda begitu banget sama aku? Emang bener apa yang putra pernah omongin ke aku, aku punya hak untuk suka sama orang dan aku bukan boneka yang selalu dikendalikan oleh pemiliknya. Aku ingin hidup sama seperti mereka dan aku juga masih punya rasa sayang akan orang-orang yang aku sayangin.

“Aduh..pusing banget deh kepala!!”, keluhku. Ketika dini hari itu, kira-kira pukul 3 pagi “Aus banget deh tenggorokan, mau ngambil minum ah..”, sahutku dalam hati. Tapi ketika pintu kamar kubuka dan perlahan aku pun berjalan keluar, tiba-tiba “Gedubrrraaak..”. “Ya ampun..yah,,vara yah,,bangun..bangun..”, teriak bunda sambil menyadarkanku dan membangunkan ayah. Aku pun dibaringkan di tempat tidur dan disadarkan oleh ayah dan bunda, tapi semua itu sia-sia tubuhku pun kejang-kejang dan panasku pun mulai tinggi hingga akhirnya aku dibawa ke UGD Rs. Sentanu.

Senin, 18 Agustus 2008

KERAGUAN

Ragu..
Tak lagi terbelenggu
Tak lagi menderu
Dan kini tlah beradu

Saat deru..
Tak mungkin ku berseru
Ketika ragu..
Tak mampu ku mengadu

Kini ku tlah melaju
Saat ragu menggebu
Di kepastian yang berliku
Dan membuatku biru

ANDAI WAKTU


Setiap waktu
Kududuk termangu
Tiada yang tahu
Hatiku tak menyatu

Andai kuputar waktu
Setiap langkah yang berderu
Setiap kata yang melaju
Dikala alunanku

BIARKAN AKU


Saat ku tak tahu Layak seperti orang dungu Hanya diam termangu Biarkan semua berlalu
Yang membuatku tertipu

Saat jiwa tak menyatu
Biarkan ku dungu
Biarkan ku tak tahu
Menahan malu
Menanti jawab yang tak temu

Biarkan Ku tak tahu
Walau Hati Meragu
Biarkan Semua Berlalu
Saat Jiwa menyatu

GW Ga Sendiri

Di salah satu lorong sekolah terlihat Gadis sedang duduk melamun membayangkan wajah pacarnya yang selalu membuatnya menangis. Tiba-tiba muncul Rio di depan wajahnya dan membuyarkan lamunan Gadis akan pacarnya, “Woii..bengong aja loe!!” teriak Rio. “Aduuh..apaan sih loe?!” jawab Gadis kesal. Rio pun menggeleng-gelengkan kepalanya sembari melihat wajah sahabatnya yang sedang murung memikirkan masalah yang sedang dialaminya. “Kenapa?? Cerita-cerita dong ke gw, jelek-jelek gini’kan sahabat loe juga..” tegas Rio. Gadis pun tersenyum kecil meskipun wajahnya murung, tapi senyum manis yang ada di bibir mungilnya. “Yo, kenapa sih cowo gitu banget ama cewe? Seenak mereka aja klo lagi ngomong, apalagi marah-marah. Gw bener-bener ga terima, bonyok gw aja ga pernah ngemarahin gw..” jelas Gadis kesal. Batin Rio lucu mendengar kata-kata sahabatnya yang sok gaul saat bilang bonyok alias bokap nyokap, padahal Gadis selalu menyebut ayah bunda. “Ya udah..sekarang liat perkembangannya dulu, klo dia udah main tangan sama loe. Loe harus ngeluarin kata putus” jawab Rio tegas. Gadis pun menjawab, “Terlambat dong gw nyeritain masalah gw ke loe, Gw udah ngambil keputusan gw sendiri dengan ngediemin si Gun dan ngebiarin hubungan gw tanpa komunikasi apapun alias GANTUNG, hee..hee.. kaya lagunya Melly Goeslaw aja’ kan??”. Rio pun terkejut dan berkata, “Ya ampun..loe ngegantungin dia??! Tega banget siy sahabat gw sendiri..”. “Abis gw bt banget ma dia..!!” jawab Gadis marah. Rio pun menenangkan hati Gadis dengan memberi beberapa saran, “Ya udah..sekarang loe tenang aja deh. Lagipula kita kan mau UAN, masalah sepele kaya gitu ga usah loe pikirin. Nanti malah ngerusak nilai loe. Gw kaya gini karena gw sayang ama loe, dan loe perempuan. Gw menghargai sikap loe sebagai perempuan”, jelas Rio. Gadis pun menceritakan tentang Gun kepada Rio, “Sebenernya gw udah satu bulan ngegantungin si Gun”. Tiba-tiba mereka pun diam sejenak, Rio pun heran sembari melihat sikap Gadis seperti ini, “Ya ampun, gw harus gimana yah??” batin Rio. Beberapa menit kemudian Gadis menceritakan semuanya ke Rio, “Gw selalu cerita ke beberapa orang yang gw anggap adalah sahabat gw”, Loe tau kan yo, gw sayang banget ma gun, apalagi kita beda 7 tahun, kedewasaan yang gw harepin dari dia” tutur gadis”.” Namun semua itu hanya pandangan gw sebelah mata, kerap setiap dia ngadepin masalah selalu gw yang menjadi incaran kemarahannya yang meledak-ledak” sambung gadis terdengar berapi-api.” Pernah satu hari gw buat kesalahan, loe tau ga yo apa yang Gun lakuin?dia hampir bikin gw mati” ada nada marah disana. “Gw takut klo satu kali udah terjadi, gimana dengan hari berikutnya? Pasti lebih mengerikan lagi..”, jelas Gadis trauma. “Yo, gw takut klo gw sendiri, dan nggak ada satu pun orang yang mau nemenin gw, gimana klo gw menghadapi berbagai masalah?? Itu yang selalu ada di benak gw” tandas gadis.” Apalagi ketakutan ketika gw harus menjelaskan alasan apa yang membuat gw harus mutusin Gun. Gw takut berhadapan dengan Gun yang temperamental, yang nggak mau ngerti akan kesalahan yang pernah ia buat dan membalikkan fakta bahwa gw yang selalu melihat kesalahan-kesalahan dia. Gun egois dan nggak mau ngerti, tapi dari satu sisi gw ngertiin banget klo Gun adalah anak semata wayang di keluarganya. Gw tahu itu adalah tabiatnya, tabiat yang tidak dapat diubah. Loe pun tahu bagaimana sifatnya” jelas Gadis sekali lagi. “Ya udah, ngedengerin cerita loe kaya gitu gw bisa nyimpulin. Loe bisa bikin puisi kan? sekarang loe kirim puisi aja buat dia, tapi jangan terlalu emosi dan loe juga minta maaf atas kesalahan yang pernah loe buat. Gimana, dis?”, jelas Rio. Gadis terdiam mendengar saran yang Rio berikan, tapi..”Ok..gw bisa, pasti bisa. Gw nggak sendiri dan gw juga nggak akan mati klo gw putus ama dia”, tegas Gadis mantap. “Itu, baru namanya sahabat gw..”, jawab Rio sambil tersenyum bangga.
***
Malam hari ketika Gadis sedang belajar, Gadis pun langsung mengambil Nokia N73 miliknya dan mengetik sebuah puisi di layar handphone-nya
“Bila rasa pernah menjalin suatu asmara
Bila jiwa pernah terjalin dalam ikatan cinta
Kuingin kita sudahi jalinan cinta dalam ikatan asmara
Karena atas nama cinta kuingin kita hidup dalam ruang berbeda
Hilangkan derai dendam dan dusta diantara kita
Hilangkan arus hitam yang meregangkan jalinan saudara
Karena kini, kuingin kita hidup sendiri saja… sekarang tinggal gw kirim ke 2beWithU, trus OK deh..” kata Gadis sambil mengirim SMS puisi yang berisikan kata putus.
Beberapa menit kemudian, trit..trit..trit.. “Ya ampun, koq isinya.. ‘Ini sikap yang selama ini ada pada diri kamu?? Sampe putus lewat SMS segala..ini yang dinamakan kedewasaan, ini yang dinamakan kebijaksanaan??’” . “Iih..nyebelin banget siy,,untung aja lewat sms gimana klo ngomong langsung? Gw kelabakan kali..” sahut Gadis kesal ketika menerima balasan sms dari Gun.
Gadis pun ragu apakah harus membalas sms dari Gun atau tidak, tiba-tiba ‘1 Message Received’ dari Rio “Gimana udah SMSin Gun belum?”. “Udah, tapi lebih jelasnya besok gw ceritain deh..OK!”, balas Gadis.
***
Pagi-pagi dari kejauhan terlihat Rio sudah duduk dibangkunya, Gadis pun mendekati dan berkata “Hey…tumben loe dateng pagi??”, Rio pun menjawab dengan senyuman “Ya iyalah..gw’kan mau ngedengerin kabar terbaru dari silitbritis kita ini..”. Gadis pun langsung menjawab dengan emosi, “Eh..” tapi Rio pun langsung memotong emosi Gadis dengan berkata, “Jangan marah dong cantik…nanti cantiknya luntur lho??!!” sembari mengerlingkan matanya. “Gw sebel banget tahu nggak ama yang namanya cowo..”, kata Gadis kesal. “Wah..gw nggak terima klo gw disamain ama cowo loe itu. Emang dimata loe cowo itu sama? Loe jangan berpikir kaya gitu??!! Enak aja gw disamain ama cowo loe yang Childish itu..sorry ya,,”, sahut Rio kesal. “Iya..iya..sorry deh,,maafin Gadis yah”, kata Gadis sambil memelas. “Iya, gw maafin. Sekarang loe jangan mikir klo loe sendiri. Banyak orang yang sayang ama loe termasuk gw juga, dan sekarang loe juga harus berpikir 1000 kali lagi klo mau pacaran ama cowo yang bener-bener loe sayang”, tegas Rio sembari mengusap-usap kepala Gadis sambil mengecup keningnya.