Rabu, 27 Agustus 2008

KETIKA IA ADA

Ketika mata mulai terpejamkan oleh hempasan lembayung sunyi
Manakala cahaya purnama menyibak derita pekat ragaku
Ketika perih yang telah menusuk kalbu sukma putih
Manakala deritaku ini terpanggil akan diri runtuh mereka
Ketika buaian geram itu terngiang dalam raga kecil ini
Adakah mereka hanya terbuai pada wajah syahduku
Ketika derai air mata membasahi pipi yang kian menepi
Adakah mereka menyisakan pedih itu padaku
Ketika raga terperosok ke dalam hempasan pekatnya pasir
Adakah mereka ternguak dalam melodi kisah klasik indahku
Bila saja ingin kuputar waktu
Inginku hanya berjalan dalam redup kilatan yang penuh pengharapan
Bila dapat kutarik kata-kata ini
Harapku pada penantian akan sosok ini yang gemilang
Entah itu hanya harapan, kini kukayuh kembali penantian yang tlah lama kupendam
Dan bila waktu merajut alunan mimpi kisahku
Dan bila waktu membuka lembaran detik mimpi harapku
Dan bila waktu melihat alunan rasa optimisku
Kini aku tak lagi menata sendiri,
Walau hanya ternguak dalam rajutan alunan kisah klasikku
Walau hanya tercipta dalam mimpi harapku
Sang penyairlah yang mencipta serta merajut alunan, harapan maupun mimpi-mimpi kisah klasik indahku..
Aku tak ingin tergolek lemah menahan sakit amarah darah
Aku tak ingin melihatnya terbujur dalam redupan kelam
Aku tak rela bila semangat itu pudar
Karena ku hanya butuh kilatan putih yang membuat tegar
Kilatan yang mungkin mampu menyibak diriku kelam
Tak tega bila melihat rintihan yang seakan memakan
Tak ingin kulihat bila harus terjaga diantara dua pilihan
Tak ingin namanya ternguak pada hati yang kian menyayang
Tak ingin semangatnya tertanam pada raga yang kian mengguncang
Tak ingin wajahnya berada pada tebaran bintang
Aku hanya ingin ia harus ada pada diri kecil yang kian mulai menyayang

Tidak ada komentar: