Rabu, 27 Agustus 2008

hargai mereka

Derai hujan yang kian membasahi gelap sang malam seakan kini merindukan sang dewi memadu kasih dengan bintang pujaan. Sayup angin yang berhembus kencang selintas mengingatkanku kepada mereka yang pernah mewarnai hidup.
Ketika cinta yang seharusnya belum tumbuh dibenak seakan membuatku tersenyum mengingat. Dari kejauhan tampak dua sahabat yang sedang menuju jalan pulang, “Dev, gw boleh jujur nggak sama lo??”, tanyaku kepada deva. Deva pun menatapku dengan mendelik sembari tersenyum,”Kenapa lo? Ada pa siy??”. “Tapi lo jangan bilang ke orangnya yah??please….”, pintaku. “Iya..iya..beres deh!!”, jawab deva. Mereka berdua pun terlihat berbicara serius.
Panas yang begitu menyengat seakan menepis semangat anak-anak SMPN BHAKTI PERSADA yang sedang berolahraga. “Woii..serius amat lo put,,gw pengen ngomong niy ma lo.”, tutur deva sembari mengagetkan putra. Putra pun kaget sembari mengelus dada dan berkata “Ah lo dev,,ngagetin aja!!”. “Bentar lagikan ada reunian niy,,kemarin si vara ngomong banyak tentang lo ke gw…”, jawab deva menceritakan curhatanku kepadanya tentang putra.
Dari balik koridor kelas 1.1 terlihat deva dan aku membahas tentang curhatan tentang putra yang pernah aku ceritakan kepadanya. “Ya ampun dev, kenapa lo ceritain ke putra siy?? Gw’kan malu banget ama dia, lagipula dia’kan udah punya cw..”,tanyaku kesal. “Sorry,,abis gw nggak suka aja lo jaim ma putra. Padahal lo sendiri suka dan sayang banget ma dia’kan??”, jawab deva menjelaskan maksudnya yang terlanjur membocorkan rahasia. Akhirnya aku pun pasrah karena ulah deva yang membuatku kesal, namun saat malam reunian itu maksud deva menceritakan curhatanku kepada putra membuatku tersenyum lagi melihat ulahnya yang kini berhasil.
Putra yang telah lama memendam perasaan kepadaku, kini saat malam reunian itu dia pun mengungkapkan kata cinta padaku. “Va, gw denger lo abis curhat tentang gw ke deva yah?? Dan sekarang gw udah tahu semua koq, lo mau kan jadi cw gw??, Tanya putra padaku sembari memegang erat tanganku. Jemari lembut yang membuatku dingin dan takut, namun senyum hati yang terpancar dalam lubuk ini. Mungkin ini merupakan kali pertama tangan polosku di genggam erat olehnya. “Koq diem aja siy?? Takut apa grogi??”, Tanya putra meyakinkanku. “Iya, vara takut..tapi putra jangan bilang ke siapa-siapa klo sekarang kita udah jadian..”, jawabku lirih. “Nggak tenang aja koq..”, jawab putra sembari mengecup keningku.
Senyum hangatnya mentari membuat hati kecil ini terpancar kilauan senyuman bahagia. Namun pagi itu aku berharap tidak ada kegelisahan yang terjadi semalam, tiba-tiba “Cie..vara udah jadian niy,,”, sahut salah satu teman yang mengejekku. Ketakutanku akan semua ini pun akhirnya terjadi, namun putra menjelaskan semua ini dan meyakinkanku untuk tetap setia meskipun orang bilang cinta ini adalah cinta monyet.
***
Dua tahun lamanya aku menjalankan hubungan ini secara diam-diam alias Backstreet, begitu banyak masalah yang aku hadapi mulai dari kebohongan yang selalu termakan dalam hidupku, ketidaksukaan orang tuaku akan faktor keluarganya hingga kebencian orang tuaku akan kehadiran putra.
Hingga suatu malam ketika aku ingin pergi orang tuaku tahu bahwa aku tidak sendiri, melihat bustep motor belakang yang dipenuhi tanah. “Kamu pergi sama siapa??”, Tanya bunda kepadaku. Aku pun bingung harus menjawab apa dan..”Pergi sendiri koq..”, jawabku. Aku tak tahu keberapa kalinya aku meski berbohong. Dan entah keberapa sekian kali pukulan demi pukulan ada didalam tubuh ini, kata-kata kotor pun terbilang sering terlontar dari mulut bunda hingga aku akhirnya diusir dari rumah jika suatu hari nanti aku masih menjalin hubungan dengan putra.
“Tuhan, aku lelah dengan semua ini.. kebohongan yang selalu mengitari bagian hidupku, ketakutan demi ketakutan akan hubungan ini, entah apa yang harus aku lakukan..”, batinku sambil terus melangkah pulang. Trit..trit.. 1 Message received, “Vara, lagi ngapain?”, Tanya mas gun. “Hah..dari mana mas gun tahu nomor aku yah??”, batinku bertanya.
“Aduh..atau aku harus melakukannya? Tapi aku masih sayang banget ama putra,, udah ah bodo amat!!”, batinku. Dan aku pun terus berkomunikasi melalui SMS dengan mas gun, begitu banyak perhatian yang dia beri kepadaku.
Hingga suatu hari ketika aku ingin lepas dari putra dan ingin terhindar dari segala kebohongan yang mengusik hidupku. “Put, kayanya kita sampai disini aja deh..”, tuturku. “Kenapa? Lagi-lagi nyokap yah?? Sebenernya kamu tuh kaya robot tahu..yang bisanya cuma dikendaliin sama nyokap kamu sendiri. Kamu tuh punya hak atas hidup kamu..”, sahut putra kesal karena alasan nyokap yang selalu dibahas. “Kamu gitu siy? Aku tuh hidup ama orang tuaku sendiri, jadi jelas dong klo aku masih harus nurut ama mereka”, jawabku.
Sejenak pun kami terdiam, “Put, semalem aku abis jalan ama mas gun dan bukan ngerjain PR”, tuturku.
Meski harus dengan cara seperti ini aku memutuskan hubunganku dengan putra, namun ia tetap bersikeras untuk menjalin hubungan ini kembali. “Aku maavin kamu atas sikap kamu yang udah nggak jujur ama aku. Tapi aku mohon gimana klo kita jalanin hubungan ini lagi?? Lagipula kita juga masih baik aja dengan ke-Backstreet-an ini’kan?”, pinta putra memohon. “Aku bener2 nggak bisa. Dan aku udah capek dengan kebohongan ini, aku juga mau hidup tenang dengan selalu nurut ama orang tua aku sendiri.”, jawabku. Tetes demi tetes air mata menghiasi hari terakhirku bersama putra, dan..”Ok, klo itu buat kamu bahagia aku akan turutin” sahut putra sembari menghela napas panjang.
Sepanjang perjalanan hubunganku bersama putra kian mengusik hati yang membuat ini semua ingin tertatih hingga menguak baitan puisi yang selalu hadir bersamanya.

Diatas daun kuberdiri
Mengarungi cinta yang sejati
Tak ada yang kutemui
Hanya daun ini yang setia menemani
Akankah ku mampu berdiri
Diatas daun yang berduri
Menahan angin yang berlari
Menahan isak tangisku sendiri
Goyahkah ku…
Gelisahkah ku…
Cercahkah aku…
Disaat perasaan pasrahku
Segumpal air menggoyahkanku
Memecahkan rasa risauku
Menahan pilu di dalam hatiku
Hanya segumpal air membuatku tertipu
Tak satupun tahu pilunya hati ini
Menahan gumpalan air sembari tadi
Namun kutetap berdiri
Diatas daun yang setia menemani
Dan akan kutemui
Cinta yang sejati…

Seiring selama seminggu ini aku tak bersama putra lagi, ketakutanku sebelumnya saat hari itu kini niscaya sirna begitu saja karena termakan kata-kata manis dan perhatian yang mas gun berikan padaku.
“Mas, boleh nggak vara nanya sma mas??”, tanyaku. Perihnya angin malam yang tak terasakan oleh indahnya taburan bintang yang menghiasi jalanku bersama mas gun. “Boleh, emang kenapa?”, jawab mas gun santai. “Sebenernya mas gun nganggep vara apa siy?”, Tanyaku. Tiba-tiba tangan diamku pun ditariknya dan ditaruhnya pada belahan dada sambil memegang erat, “Gimana yah ngomongnya? Mas juga nggak tahu niy, padahal mas juga nggak mau ngomong sekarang soalnya ini bukan waktu yang tepat buat diomongin ke vara”, jawab mas gun sambil mengalihkan pembicaraan..“Eh..ngomong-ngomong jalan kemana lagi niy??”. “Iy..mas gitu deh,,ngalihin omongan aja”, sahutku sembari memukul pundak mas gun. Laju motor yang entah tak tahu kemana kini harus berhenti pada salah satu saung di pinggir jalan, “Nah..klo ngomong disini’kan aga enakan gitu..”, tutur mas gun sambil memesan es kelapa. “Trus apaan dong? Tadi’kan vara nanya, sebenernya mas nganggep vara apa?”, tanyaku penasaran. Pembicaraan kami pun harus berhenti dengan rasa setengah bahagia karena harus menerima kebahagiaan yang mas gun terima dariku, dan selebihnya ia harus bersabar akan persetujuan dari orang tuaku.
“Bu, menurut bunda gimana klo aku sama mas gun?”, tanyaku takut. Bunda pun menjelaskan ketidak setujuannya bila aku dan mas gun harus menjalin hubungan. Tapi semua itu aku hanya menganggap angin belaka yang selalu dilontarkan kepadaku.
Hingga suatu malam,

Dear diary,
Kenapa siy bunda begitu banget sama aku? Emang bener apa yang putra pernah omongin ke aku, aku punya hak untuk suka sama orang dan aku bukan boneka yang selalu dikendalikan oleh pemiliknya. Aku ingin hidup sama seperti mereka dan aku juga masih punya rasa sayang akan orang-orang yang aku sayangin.

“Aduh..pusing banget deh kepala!!”, keluhku. Ketika dini hari itu, kira-kira pukul 3 pagi “Aus banget deh tenggorokan, mau ngambil minum ah..”, sahutku dalam hati. Tapi ketika pintu kamar kubuka dan perlahan aku pun berjalan keluar, tiba-tiba “Gedubrrraaak..”. “Ya ampun..yah,,vara yah,,bangun..bangun..”, teriak bunda sambil menyadarkanku dan membangunkan ayah. Aku pun dibaringkan di tempat tidur dan disadarkan oleh ayah dan bunda, tapi semua itu sia-sia tubuhku pun kejang-kejang dan panasku pun mulai tinggi hingga akhirnya aku dibawa ke UGD Rs. Sentanu.

Tidak ada komentar: