Rabu, 27 Agustus 2008

rRINTIHAN PENYAIR

Dari sudut pintu dhany melihat sang penyair berdiri sambil menghisap sebatang rokok. “Assalammu a’laikum…” sapa dhany kepada sang penyair. “Assalammu a’laikum…” dhany pun mengulangi sapaannya hingga beberapa kali. Tak lama sang panyair pun manjawab dengan senyuman hangat, “ Waa’laikum salam “.
Meskipun senyuman hangat itu terlontar dari bibir tipis yang sembari tadi menghisap rokok kesukaannya, sorot mata tajam itu selalu membuat dhany gundah tak terkira. Sekat-sekat yang tlah mengusik hati seorang penyair kian menggerogoti relung hatinya, entah apa yang terjadi. Dhany pun kini hanya bisa terdiam menatap kekosongan yang ada diantara celah matanya. Mata yang membuat orang bertanya-tanya akan dirinya, dingin hatinya pun tak mampu mencairkan derai-derai luka yang menyelimuti kehidupan kelamnya dulu. Dhany pun tak sabar ingin mendengar keluhan yang selalu ia ceritakan, “Ada apa siy? koq ngelamun aja..” tanya dhany dengan rasa penasarannya. “Hhmm…“ jawab sang penyair singkat sambil menggelengkan kepalanya. Melihat reaksinya yang seperti itu dhany pun hanya bisa bersabar menunggu cairnya hati sang penyair akan derai lukanya. Tak lama hisapan rokok terakhirnya pun membuat ia tak sabar ingin menceritakan derai-derai itu kepada dhany, tangan dhany pun langsung ditariknya dengan erat hingga berteriak kesakitan, “Aduhh..jangan kasar-kasar, sakit banget tau!!”. “Maaf, ga ada maksud buat kasar koq.”, jawab sang penyair lembut. Celotehan anak-anak pun tiba-tiba mengusik sang penyair, hingga menarik tangan dhany untuk pergi keatas loteng tempat biasa kami bercengkrama. “Ada apa??” , tanya dhany penasaran. Sang penyair pun akhirnya bercerita, “Selama ini dhany belum pernah tahu apa yang mas alami, dan entah kenapa mas sendiri merasa nyaman untuk selalu bersama dhany”. “Mas ngerasa klo sorot mata dhany membuat mas tenang dan ga bisa ngelakuin hal-hal yang temperamental” sambung sang penyair sambil menerawang jauh. “Mas punya penyakit Leukimia, dan selama ini mas udah ngejalanin kemoterapi selama 16 kali” ucap sang penyair lirih seolah ragu untuk mengtakannya. Dhany hanya menatap dan bertanya hingga berulang kali, “Mas benerkan ngomongnya??” Ga ngebohongin dhanykan?”. Tanya dhany berulang-ulang, “Trus kenapa mas bisa ngerasain klo mas bisa nyaman bersama dhany, padahal dhany baru kenal mas dan yang dhany tahu mas lebih deket sama indah. Kenapa harus dhany??” tanya dhany penuh dengan rasa penasaran. “Mas pun juga nggak tahu, kenapa harus dhany”, tegas sang penyair. Tak lama kami pun turun, “Mas dhany pulang dulu yah..Assalammu a’laikum,,”, pamit dhany. “Walaikum salam,hati-hati yah..”, jawab sang penyair.
***
Ketika sang dewi malam merebak tenangnya jiwa-jiwa yang tertidur, satu dari mereka terbangun. Trit..trit..trit.. ”Aduh,,malem-malem gini siapa siy??”, kata dhany dengan kesal sembari membuka handphonenya. ‘1 Message received dari sang penyair’. “Mas nggak bisa tidur, mas takut klo mas tidur besok nggak bisa bangun lagi”, jelas sang penyair khawatir.Dhany pun membalas sms tadi dengan memberi sedikit petuah.
Sore hari menjelang maghrib, sang penyair menjelaskan apa yang terjadi semalam. “Mas baru aja ditanya sama Pak Amin, katanya semalem mas jalan sendirian di rel kereta api, trus Pak Amin manggil-manggil mas tapi mas nggak denger. Padahal dhany tau kan klo mas ngirim sms nggak bisa tidur”. “Iya, trus semalem kenapa mas sms dhany kaya gitu?”, tanya dhany. Sang penyair menjawab, “Mas semalem nggak bisa tidur soalnya mas mimpi klo mas tidur ditengah-tengah dan mas ngelihat keluarga mas sendiri lagi ngebacain surat yassin buat mas, mas takut makanya mas sms dhany” lanjutnya sang penyair dengan menunjukan raut wajah ketakutan. “Ya ampun koq bisa kaya gitu??”, tanya dhany heran. “Mas juga nggak tahu, pokoknya klo mas mau ngejalanin kemoterapi banyak banget hal aneh yang menimpa diri mas”, jelas sang penyair sekali lagi. Sejenak kami pun terdiam, dan sang penyair membisikkan ketelingaku “Besok mas mau pergi, minta doa dari dhany yaah??”. Mata dhany pun langsung terbelalak menatap hangat sinar matanya, dan bertanya ada apa dengan semua ini. Apakah bisikan itu hanyalah sebuah permainan belaka? Atau hanya membuat hati ini kian tercabik oleh derai yang nyata? Dhany pun meyakininya dengan berkata “Dhany adalah lilin kecil yang selalu menerangi langkah sang penyair, jangan pernah ragukan jiwa kecil ini tapi tegarkan ketegaran yang ada pada diri mungil ini”. Senyum tipisnya pun muncul dari bibir yang sering menghisap berbatang-batang rokok.
Kepergiannya pun sembari mengikuti kepulangan dhany ke rumah, dhany yang mengikuti dari belakang menatap gagahnya punggung, yang orang tak mengira bahwa ia menderita penyakit yang mematikan, Leukimia. Entah kenapa satu-satu air mata jatuh membasahi pipi yang ditutupi helm, Dhany meyakinkan dalam hati bahwa ia akan pulang dengan sehat, tapi selintas ada keraguan dalam pikiran dhany.” Tuhan, tolonglah hambamu itu dalam kepergian dan kepulangannya” rintih dani lirih.
Di salah satu tikungan jalan pun kami berhenti, air mata itu pun kian menetes membasahi pipi dhany. “Mas pergi dulu yah, tunggu mas..”, tegas sang penyair. “Mas janji yah akan selalu ada disamping dhany dan buat bunda tersenyum lagi sama dhany ya mas..”, sahut dhany sambil memeluk erat tubuh renta sang penyair. “Oia.. pake sarung tangan dhany aja niy, nggak di pake koq”, pinta dhany. Tampak sang penyair menerima dan memakainya, dhany tak beranjak sampai punggung sang penyair tak tampak lagi.”Tuhan, berilah kekuatan padanya” ucap lirih Dhany.
***
Selama beberapa hari sang penyair menjalani terapi di Surabaya, sang penyair selalu menulis bait-bait puisi pengharapan. Hati kecil dhany pun tergoyah untuk menjawab biat demi bait itu,

Jika Tuhan menghendaki sang penyair hidup,
maka hidupkanlah
Karena lilin kecil yakin takkan ada yang tak mungkin
Tuhan..terangkan mata, hati, jiwa serta raga sang penyair
Lilin kecil yakin bahwa sang penyair akan tetap hidup
Karena lilin kecil tlah berjanji ’kan selalu menerangi jalan sang penyair
Sudah seharian ini Dhany tidak mendapatkan kabar dari sang penyair,Dhany tak tahu entah apa yang terjadi di Surabaya, tapi salah satu dari keluarganya memberitahu dhany melalui sms “Mbak, ini iqbal adiknya mas.saya mu ngabarin kondisi mas, mas sekarang lagi dalam kondisi kritis”. Sekejapan dhany terdiam,dhany pun meneruskan membaca sms tadi.” Iqbal udah baca semua puisi mbak dhany, semua disini mengharapkan doa dari mbak”, pinta iqbal kepada dhany. Dhany pun membalas, “Ia, iqbal juga terus kasih kabar ke dhany yah..jangan lupa”. Beberapa jam kemudian, Iqbal pun menghubungiku dan meminta penjelasan akan lilin kecil karena saat sang penyair siuman ia bergumam dan menyebut nama lilin kecil. “Assalammu a’alakum, mba dhany yah?” tanya iqbal kepadaku. Iqbal adalah salah satu adiknya yang selalu ada disamping kerap ia menjalani terapi. “Waa’laikum salam, iya saya dhany” jawabku penasaran. “Mba, mas udah siuman tapi selama ini mas selalu nyebut nama lilin kecil. Siapa lilin kecil itu mba?”, tanya iqbal. Dhany pun menceritakannya, “Lilin kecil itu dhany sendiri, mas pernah bilang klo selama mas dekat dhany mas selalu merasa nyaman dan selalu tenang melihat cahaya dalam mata dhany sendiri”. Pinta iqbal kepada dhany, “Mba, jangan pernah tinggalin mas karena mas sangat butuh cahaya dari mba. Dan dokter juga bilang ini semua suatu mukjizat penyakit Leukimia yang dideritanya kian lama kian membaik. Padahal mas udah divonis bahwa hidupnya nggak akan lama”
Setelah mendengar berita itu, dhany pun mencarik selembar kertas dan menuangkan isi hatinya.

Tuhan, jika rintihan sakit hambamu tlah Kau dengar
Kau pun akan mengurangi rasa sakit itu..
Tapi jika kehendak-Mu menginginkan jiwa kecil ini bak cahaya asma-Mu
Aku ‘kan selalu memberi cahaya itu jika mereka
membutuhkan-Nya…

Beberapa jam kemudian,’1 Message received dari sang penyair’ “Malam lilin kecilku, aku kembali karena cahayamu yang memanggilku untuk kembali dan memenuhi janjiku pada lilin kecilku”.
Sepulangnya ke Jakarta, wajah pucat sang penyair menatap dhany sambil tersenyum sembari membisikkan sesuatu ke telinga dhany, “Mas sangat butuh cahaya lilin kecil itu, jangan pernah redupkan dan tinggalkan aku lilin kecilku..”. Dhany pun hanya tersenyum menatap celah dimata sang penyair,”lilin kecil kan tetap meyinari setiap langkah sang penyair” guman Dhany dalam hati.

By, Nur anisa ramadhani

1 komentar:

fahaadgaede mengatakan...

Slots, live dealer casinos and live roulette online - Wooricasinos
In bet surface area this 제목학원 article we review the best casino table games online such as bet365 com au video poker, blackjack, roulette, roulette and a range of other 1xbet korea casino games 해외 토토 사이트 from online slots